Senin, 13 April 2009
SHOLAT SEBAGAI PSIKOTERAPI FRUSTASI DAN PENCEGAH DEPRESI
Ahmad Rusydi
Ketua Kajian Keislaman LDK Syahid 2008-2009
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta
Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta Angkatan 2005
Jakarta, 21 Maret 2009
Penelitian ilmiah menunjukan bahwa ada pengaruh positif antara ibadah ritualistik terhadap kesahatan mental dan kebahagiaan spiritual, seperti penelitian yang dilakukan Cox (1073), Kilbourne & Richardson (1984), Richardson (1985) (dalam rakhmat, 2003). Pada tahun 1998 dilakukan penelitan oleh I. Marshal (dalam Hidayati, 2007) menjelaskan tentang bagian otak depan yang disebut lobus frontalis ternyata ada titik pada bagian ini yang dapat menghubungkan dengan jiwa, kalbu, dan menghubungkan kepada tuhan, titik ini mereka sebut Got Spot. Bagian tersebut apabila diberikan rangsangan gelombang mikro elektronik maka orang yang bersangkutran akan merasakan sebuah kekhusyu'an, kedamaian, dan rasa dekat dengan tuhan. Titik tersebut sering distimulus oleh orang yang sholat pada gerakan sujud yang merupakan gerakan terbanyak dalam sholat.
Penelitian Kaelber tahun 2002 (dalam Hidayati, 2007) menjelaskan bahwa dewasa ini penduduk wanita yang mengalami depressi antara 10% sampai 15% dan pada pria antara 5% sampai 12%, ini disebabkan karena orang telah meninggalkan agama dalam kehidupan, dan banyak karya ilmiah yang menyimpulkan bahwa komitmen agama bermanfaat bagi upaya pencegahan depressi dan dapat bertindak sebagai kekuatan pelindung dan penyangga seseorang dari resiko menderita depressi, itu sebagaiman yang ditulis oleh Prof. Dr. Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul Schizofrenia.
Penyebab depresi pada awalnya adalah stress atau frustasi. frustasi terjadi apabila terhambatnya suatu tujuan. Frustasi biasanya muncul karena konflik antara dua motif dimana motif pertama tidak bisa terpenuhi karena terhambat motif kedua. Contohnya adalah seorang ayah pengangguran yang ingin kehidupan keluarganya sejahtera, tidak miskin, mampu memenuhi kebutuhan keluarganya (motif 1) namun tujuan ini tidak bisa tercapai karena ia tidak punya skill (motif 2) sehingga tidak bisa bekerja, maka kondisi ini disebut sterss, ketika segala macam usaha dilakukan namun tetap tidak bisa tercapai, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya frustasi, ketika perasaan gagal dan ketidakberdayaan ini terus-menerus dalam jangka waktu yang lama maka kondisi ini memungkinkan terjadinya depresi.
Setidaknya ada 4 perilaku ketika seseorang mengalami frustasi (Atkinson, 1983):
pertama agresi, yaitu melakukan kekerasan baik dalam bentuk fisik maupun cacian kepada sumber frustasi (sterssor) ataupun melampiaskan kepada hal lain (displacement) yang biasa disebut pengkambinghitaman (spacegoating). kedua apati, yaitu bersikap acuh atau masa bodoh dan menarik diri terhadap permasalahan yang dihadapi. Perilaku ini terjadi karena proses belajar dimana pengalaman seseorang ketika berprilaku apati dalam menghadapi masalah ternyata berhasil mendapatkan tujuannya dengan cara ini, lama kelamaan keberhasilan ini menjadi sebuah penguatan (reinforcement), akhirnya sikap apati menjadi pilihan dalam menyikapi friustasi. Contohnya: anak yang mengacuhkan orangtuanya (apati) karena dimarahi, akhirnya mereka menuruti anaknya, sehingga sikap apati menjadi jurus andalannya dan menjadi kebiasaan dalam menghadapi frustasi yang tidak disadari. Ketiga ketidak berdayaan. Yaitu sikap tidak berdaya ketika frustasi menimpanya dan tidak ada usaha yang dilakukan. Ini disebabkan karena individu telah mengalami masalah yang sama dan ia meyakini bahwa tidak ada jalan keluar bagi permasalahannya sehingga indidvidu itu pasrah. Keempat regresi, yaitu tindakan kembali ke bentuk perilaku yang tidak matang (infantile). Contohnya, seorang anak 7 tahun yang kurang diperhatikan orang tuanya karena lebih memeprthatikan adiknya yang umur 3 tahun, kondisi ini membuat anak frustasi dan berperilaku seperti anak 2 tahun seperti mengompol, menangis, ngambek dan lain-lain agar mendapat perhatian orang tuanya.
Sholat Sebagai Sarana Meminta Pertolongan Untuk Trecapainya Motif
Apa yang dilakukan manusia ketika tidak bisa mencapai tujuannya (motif) dan menyelesaikan masalahnya? Tentunya mereka membutuhkan pertolongan orang lain, lalu apa yang dilakukan manusia ketika orang lain juga tidak mampu menolongnya? maka inilah yang disebut frustasi. Kondisi dimana tidak menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan. Dibutuhkan penolong yang bisa membantu segala permasalahnya, secara natural manusia selalu meminta pertolongan kepada yang lebih mampu daripadanya. sebagai seorang muslim kita telah menegtahui siapa Penolong kita, adalah Allah yang Maha Penolong. adapun cara meminta pertolongan kepada Allah telah difirmankan pada ayat-ayat berikut:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِين
" mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya (sholat) adalah hal yang sungguh besar (berat) kecuali bagi orang-orang yang khusu' " (al-Baqoroh: 45)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (البقرة: 153)
" wahai orang-orang yang beriman!!!, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"
Karena itulah sholat secara bahasa berarti do'a, sarana untuk memohon dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Lalu apakah benar sholat bisa memcahkan permasalahan kita dan memberikan solusi?, karena itu dalam ayat tersebut disebutkan dua hal yakni بالصبر والصلاة , artinya kita perlu sikap sabar untuk menghadapi frustasi, kita harus berbuat secara aktif untuk mencari pemecahan masalah terlebih dahulu dibarengi dengan tawakkal kepada Allah dengan sholat. Setiap pengaduan, keluhan akan didengar dan dikabulkan (Dr. Abdul Mujib. M.Ag, 2001). Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
" danTtuhanmu berfirman, 'berdo'alah kepadaKu niscaya akan aku ijabah bagimu, sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina' (ghoofir: 60)
Dalam tafsir fi dzilal al-qur'an dalam menafsirkan ayat ini bahwa sabar merupakan bekal yang harus dimilki dalam menghadapi setiap kesulitan dan penderitaan, dan sholat adalah hubungan pertemuan antara hamba dengan Tuhan, hubungan yang dapat menguatkan hati, hubungan yang dirasakan oleh ruh, hubungan yang dengannya jiwa mendapatkan bekal di dalam menghadapi kesulitan dunia. Ketika usaha sedemikian sulit maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah, karena itulah diiringi dengan sholat, sebab sholat adalah penolong yang tidak akan habis, yang akan memperbaharui kekuatan, dan selalu meperbaharui hati, dengan sholat kesabaran akan tetap ada dan tidak terputus, justru akan makin mempertebal kesabaran, sehingga akhirnya seorang muslim akan teguh, tenang, dan ridho
Sholat Sebagai Sarana Menenangkan Emosi Dan Meningkatkan Proses Kognisi
Sholat akan membantu kita untuk menenangkan jiwa sehingga bisa berfikir dengan tenang, karena sesungguhnya emosi sangatlah mempengaruhi proses kognisi (pikiran) (Prof. Dr. Suharman, M.S, 2005).
Sholat merupakan bentuk aktifitas ibadah yang paling sempurna dan sarana dzikir yang paling lengkap (Fi dzhilaali Qur'an)
Allah berfirman:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
" orang-orang yang beriman dan hatinya tenang dengan mengingat Allah, sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang" (ar-Ro'd: 28)
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
" sungguh Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingatku" (toha: 14)
Suasana hati tertentu (emosi positif atau negatif) yang telah dialami seseorang berperan penting dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas pemecahan masalah kreatif. Secara umum dapat dikatakan bahwa suasana hati yang positif lebih meningkatkan perilaku kreatif dari pada suasana hati yang netral, sedangkan suasana yang negatif cendrung menurunkan perilaku kreatif (hasil penelitian Isen, Johnson, Mertz, Robinson, 1985, dan Doubman, Nowicki, 1987)
Maka bagi seorang muslim, sholat merupakan cara untuk mendapatkan emosi positif. Dari emsoi positif tersebut maka akan meningkatkan perilaku kreatif sehingga dapat melakukan pemecahan masalah
Sholat sebagai katarsis Ilahiyah
Katarsis merupakan ekpresi psikis suatu emosi dengan cara mencurahkan pengalamanan-pengalaman traumatik (Schultz & Schultz). Biasanya dalam psikoterapi seseorang klien bercerita secara lepas kepada terapis, setelah itu klien akan merasakan bebannya hilang. Manusia mempunyai insting untuk melepaskan dorongan-dorongan tersebut, seseorang membutuhkan orang lain untuk meringankan bebannya dengan cara mencurahkan isi hatinya, menangis, dan lain-lain. ini adalah perilaku alami yang dilakukan manusia, contoh sederhananya yang biasa dilakukan manusia adalah "curhat-curhatan"
Begitu pula dalam sholat, katarsis bisa dilakukan tanpa menggunakan prosedur yang berbelit-belit dan dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Dan bukan dengan teman, terapis, atau psikolog, tapi dengan Allah SWT
Orang frustasi dikarenakan adanya beban hidup yang dipikul sendiri, namun tidak demikian bagi seorang muslim, dalam sholatnya ia menyerahkan segalanya kepada Allah, seperti dalam doa iftitah sehingga dapat melepas ketegangan, stress, dan kecemasan
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
"sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan semesta Alam"
Begitupula dalam doa duduk antara dua sujud, dimana seorang muslim mencurahkan permohonan-permohonanya dan kebutuhan-kebutuhannya:
رَبّ اغفرلي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واهدني
" ya Tuhanku, ampunilah aku, belas kasihi aku, tamballah kekuranganku, angkat derajatku, berilah rezeki padaku dan tunjukilah aku" (HR Ahmad Dari Ibn Abbas)
Efeknya; Sholat Mencegah Prilaku Keji Dan Munkar
Merupakan efek jaka panjang sholat bagi seorang muslim atas terpelihara dirinya dari keji (الفحشاء) yang biasa terjadi karena sterss, frustasi ataupun depresi, dimana mereka banyak melakukan pengalihan (displacement) kepada alkoholisme, perzinahan, obat-obatan terlarang, bunuh diri, dan lain-lain. Sholat juga mencegah sifat munkar, yang biasa terjadi dalam bentuk agresi, seperti membunuh, menyiksa, dan lain-lain.
......وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.......
"…dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar…"
Diskusi:
Namun permasalahan yang muncul sekarang adalah bahwasanya sholat tidak membawa perubahan apapun pada pelakunya, dikarenakan menjadikan sholat sebagai ibadah yang terpisah dari substansinya, tidak memahami esensi sholat itu sendiri, dan tidak memahami sholat yang khusyu apalagi melakukan sholat dengan khusyu'. Sholat yang khusuyu merupakan syarat agar seholat tersebut bisa menjadi sebuah terapi, karena perlu pengalaman spiritual yang mendalam, seperti kita ketahui bahwa berkomunikasi dengan Allah dalam Sholat, merasa tenang dalam sholat, dan meminta pertolongan kepada Allah dalam sholat merpuakan indikator sholat khusyu'. Karena itu umat islam akan senatiasa sehat rohaninya apabila bisa melakukan sholat dengan khusyu'. Dan hendaklah kita termasuk muslim yang bisa menjaga ke-khusyu'an sholat tersebut sehingga terjaga pula kesehatan jiwa kita, karena solat akan membawa kita kepada ketaqwaan dan orang yang bertaqwa selalu sehat mental. Keismpulan ini senada dengan yang diungkapkan Prof. Dr. Dzakiyah Darajat (1993) yang menjelaskan bahwa manusia yang sehat mentalnya adalah manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan merealisasikan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupannya, sehingga kehidupan ini dijalani sesuai dengan tuntutan agama.
. Wallahu a'lam bissawaab.
Sumber:
Atkinson, Rita, et.al. 1983. Introduction to Psychology (Eight Edition). Harcourt Brace Jovanovich. Inc
Daradjat, Zakiyah. 1993. Ilmu Jiwa Agama. PT. Bulan Bintang. Jakarta
Hawari, Dadang. 2002. Schizofrenia. UI. Jakarta
Hidayati, Heny Narendrany. 2007. Psiokologi Agama. UIN Jakarta Pres
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Quthub, Sayid. Fi Dzhilaal al-Qur'an.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psdikologi Agama. Mizan. Bandung.
Schultz, Duane P and Schultz, Sydney Ellen. 2005. Theories of Personality (Eight Edition). Thomson. USA
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya
PROBLEMATIKA DAKWAH MASA KINI DAN SOLUSINYA
Oleh:
Ahmad Rusydi
Ketua Bidang Kajian Keislaman LDK UIN Syahid 2008-2009
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta
Jakarta, 21 Maret 2009
Perkembangan dakwah di Indonesia saat ini memilki kelebihan dan kekruangan, kelebihannya antara lain sudah terpenuhinya beberapa lahan dakwah di berbagai bidang, seperti politik, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan lain-lain. Banyak masyarakat telah sadar akan pentingnya dakwah di dunia politik, sehingga tidak jarang para da'i yang berkecimpung di dunia politik. Lahan lainnya adalah bidang ilmu pengetahuan yang kini telah berdiri konsep-konsep islam di dalamnya, seperti berdirinya konsep ekonomi islam, sains dalam islam, psikologi islam, negara dalam islam, dan konsep-konsep lain. Selain itu telah banyak berdiri sekolah islam terpadu, pesantren moderen, dan sebagainya, semuanya menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia dakwah islam di indonesia. Namun demikian, semakin banyak lahan dakwah yang berkembang maka semakin rumit juga permasalahan dalam dakwah tersebut, selain itu perkembangan dakwah saat ini barulah permulaan, tentunya masih banyak ketertinggalan-ketertinggalan umat islam di lain sisi, dan diberbagai tempat. masih banyak terjadi kemusyrikan dengan meyakini hal klenik, masih banyak kebodohan pada umat islam, tidak berpendidikan, tidak bermoral, dan lain sebagainya, karena itu kita perlu mengkaji lebih dalam tentang problematika dakwah masa kini, serta mengusulkan sebuah solusi.
Problematika dakwah dalam bahasa arab sering diistilahkan dengan kalimat musykilật al-da'wah. Al-Bayanuny mendefiniskan musykilật al-da'wah adalah sekumpulan kesalahan dan hambatan yang terjadi dalam dakwah atau ketika menghadapi jalan, dakwah baik dari pihak dalam maupun dari pihak luar. Karena itu al-Bayanuny menggolongkan permasalahan dakwah dimanapun dan kapanpun menjadi dua, yakni masalah dari dalam (al-musykilât al-dâkhiliyah) atau disebut masalah dakwah internal dan masalah dari luar (al-musykilât al-khôrijiyah) atau disebut masalah dakwah eksternal.
Al-Bayanuny menggolongkan al-musykilât al-dâkhiliyah antara lain yaitu; kesalahan para da'i dalam memahami dakwah islam, kebanyakan muslim tidak menyadari kewajiban dakwah, lemahnya kesatuan umat islam, kelalaian para da'i serta ulama tentang ilmu dakwah, kelalaian para da'i dalam mengambil faedah dari sunah Rasul SAW, selalu mengulang kesalahan yang sama, rendahnya kesadaran untuk bersatu, adanya penyakit dalam jama'ah, memisahkan antara ilmu dan amal atau teori dengan praktek, memisahkan antara fiqih dengan pemikiran, menggunakan istilah yang tidak dipahami dalam berinteraksi, lemah dalam mengaplikasikan prioritas, lemahnya ukhuwah, tersebarnya pemikiran yang menyimpang, perpecahan antara tokoh-tokoh umat islam, lemahnya tawakkal kepada Allah, banyak muslimin yang pasrah, dan lemah ekonomi serta materi.
Adapun yang tergolong al-musykilât al-khôrijiyah antara lain; gencarnya musuh-musuh islam dalam berbuat makar, musuh islam saling tolong menolong dalam berbuat makar, banyaknya teknik-teknik musuh islam dalam menghadapi dakwah, kuatnya kekayaan materi mereka dan ilmu mereka.
Adapun Mustafa Masyhur (1979) menjelaskan beberapa problematika dakwah yaitu; da'i yang suka mengkafirkan, manusia berpaling dari ajakan du'at keculai diberi hidayah oleh Allah, da'i mudah marah jika diejek, penyiksaan musuh-musuh islam, terlena dengan kesenangan setelah mendapat kemenangan yang didapat secara sulit, isteri dan anak, cinta dunia dan harta, bisikan sekitar untuk menjadikannya lemah dalam berdakwah, hati yang keras karena sudah lama tidak berdakwah, dan merasa aman.
Penulis menyimpulkan dua hal tentang masalah dari dalam umat islam saat ini, antara lain adalah kelemahan dalam hal duniawi dan rohani. Saat ini banyak dari umat islam yang tergolong berada pada negara miskin, rendahnya ilmu, serta rendahnya minat untuk berpresatsi, hanya sebagian muslim saja yang menyadari akan pentingnya hal tersebut. kelemahan rohani juga terjadi pada islam saat ini, negara indonesia saat ini adalah negara yang memilki jumlah terbanyak umat islam, namun mereka lemah dalam hal aqidah, mereka masih suka menyembah pohon, hewan, hawa nafsu dan sebagainya. Umat islam saat ini juga tidak lagi memperdulikan akan masa depan islam di negaranya, hasil survey Metro TV (2008) menyatakan sebagian besar masyarakat tidak menyetujui syari'at islam ditegakkan di indonesia. Kebobrokan moral juga terjadi pada umat islam karena lemahnya keimanan mereka, beberapa surat kabar memberitakan tentang pencabulan seorang ustadz kepada santrinya, pemerkosaan yang dilakukan ayah kepada anaknya, dan banyak lainnya. Semua itu tidak lain dilakukan oleh umat islam sendiri. sehingga yang terjadi saat ini adalah penjajahan bangsa barat dan orientalis terhadap umat islam dari berbagai sisi, baik ekonomi, politik, pemikiran, moral, bahkan penjajahan geografis sudah mulai terjadi lagi seperti yang terjadi di palestina.
Adapun yang terjadi dari luar tubuh umat islam saat ini tampak begitu jelas, terjadinya perang pemikiran begitu dasyat dari umat islam, munculnya gerakan untuk menyimpangkan umat islam, antara lain; Inkar Sunnah, Negra Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, dan paham-paham lain yang dihembuskan musuh islam. Yang paling menonjol saat ini adalah strategi musuh islam dengan pornografi dengan berbagai media. Penelitian Chartez menunjukan bahwsanya pornografi juga masuk ke dunia anak-anak, Peneliti ini telah mengadakan statistik kumpulan film-film yang ditayangkan untuk anak-anak sedunia, ia mendapatkan bahwa 29,6% film anak-anak bertemakan seks, 27,4% film anak-anak tentang menanggulangi kejahatan, 15% film anak-anak berkisar sekitar percintaan. terdapat pula film-film yang menampilkan kekerasan yang menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan brutal. Hal itu dikuatkan oleh pendapat al-yahya (1996) menyatakan bahwasanya sarjana-sarjana psikologi banyak menghasilkan penelitian yang hasilnya bahwa berlebihan dalam menonton program-program televisi dan film mengakibatkan kegoncangan jiwa dan cenderung kepada sifat dendam dan merasa puas dengan nilai-nilai yang menyimpang.
Tentunya hal yang telah dijelaskan di atas sangat erat kaitannya dengan masalah dakwah, masalah dakwah adalah masalah yang terjadi pada umat islam itu sendiri, karena hanya umat islam yang melakukan dakwah dan tidak terkecuali siapapun.
Ada beberapa solusi yang diberikan ulama dalam masalah dakwah ini, al-Bayanuny menjelaskan tentang solusi masalah dakwah dari dalam umat islam antara lain; mengakui kesalahan yang diperbuat, memperbaiki kesalahan lalu menyusun permasalah yang ada kemudian membuat prioritas untuk diatasi, bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah, tetap memperhatikan tarbiyah yang sehat, mendahulukan penyembuhan penyakit jama'ah terlebih dahulu, melakukan perbaikan pemahaman, manhaj, dan tata cara dakwah, mengambil pelajaran dari orang yang ahli dalam masalah tersebut, saling tolong menolong dalam menyelesaikan masalah, berusaha untuk mewujudkan kesatuan, bekerja dengan mengutamakan kebersamaan dan syuro, beramal secara terus menerus, memperkuat ekonomi serta kebutuhan materi untuk kepentingan dakwah, meminta tolong kepada Allah dan bertawakkal.
Adapun solusi untuk masalah dakwah eksternal ada dua, yakni taqwa dan sabar. Karena dengan ketakwaan seorang mukmin akan tampak sebuah keikhlasan dalam beramal sehingga sulit untuk terpengaruh oleh makar musuh. selain itu akan tampak ketaatan kepada Allah SWT sehingga seorang muslim selalui menjauhi laranganNya. Dengan taqwa seorang muslim akan saling memberi nasihat dengan kebenaran, melakukan syuro di antar mereka, saling mengajak kebaikan dan saling mencegah kemungkaran. Dengan taqwa pula seorang muslim menjadi professional dan terus-menerus dalam beramal serta mudah mengambil pelajaran (al-baqoroh:269). Selain itu, taqwa juga dapat mewujudkan kesatuan barisan diantara para da'i (al-anfaal:46, as-Shoff: 4, ali-imron:102). Selain itu juga mereka senantiasa merasa butuh kepada Allah SWT sehingga senantiasa memperbanyak dzikir dan senantiasa kembali kepadanya ketika senang dan sulit (al-a'roof:126, al-baqoroh 250-251, al-anfal:45).
Adapun dengan kesabaran akan senantiasa tetap dalam beramal sholeh dan bertaqwa (ali Imron: 200, al-an'aam: 34, maryam: 64-65). Senantiasa berkorban di jalan Allah dengan harta, jiwa, waktu, dan apapun (ali-imron: 124, an-nal: 110, Muhammad: 6). Senantiasa berfikir logis dalam beramal, tidak tergesa-gesa dengan hasil, dan bak dalam mengontrol diri (al-anbiya: 37). Tidak bisa dipengaruhi oleh musuh karena kita berani untuk menyampaikan kesetiaan kepada Allah dan menyatakan perlawanan dengan mereka (al-insan: 24, Hud: 112-113, al-isro: 74-75, al-mumtahanah: 4). Senantiasa yakin akan janji Allah (ar-rum: 20, ghoofir: 77: Yunus: 103, ar-rum: 37, an-Nur: 55, al-a'rof: 128). Senantiasa tawakkal kepada Allah (al-ahzab: 3 & 48, Ibrohim: 12, an-Nur: 57)
Selain hal di atas maka sebagai solusi masalah dakwah internal dibutuhkan penguatan untuk para da'i dalam hal ini Hasan (2003) menjelaskan tentang sumber-sumber kekuatan dakwah antara lain; kekuatan komitmen, kekuatan manhaj, kekuatan akhlaq, kekuatan ukhuwah, kekuatan disiplin, dan kekuatan muroqobah.
Setiap zaman dan tempat tentunya akan mengalami masalah dalam dakwah, tidak ada dakwah yang tidak timbul masalah, bahkan sebelum kita berdakwah kita harus mencari dimana tempat yang bermasalah untuk menjadi objek dakwah kita, setelah masalah satu selesai maka akan timbul masalah baru, semuanya itu adalah dalam rangka menguji para da'i dan untuk menjadikan umat islam sebagai umat yang terdepan karena sekian banyak beban masalah yang harus diselesaikan sehingga dakwah menjadi tempat melatih diri menjadi selalu lebih baik.
(Ahmad Rusydi)
Refrensi:
Al-Bayanuny, Muhammad Abu al-Fath. al-Madkhol Ila 'Ilm al-Dakwah. Muassasah Ar-Risaalah.
Zaidan, Abdul Karim. 1979. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Dewan Pustaka Fajar. Jakarta
Masyhur, Mustafa. 1979. Jalan Dakwah. Konsis Media. Malaysia
Hassan, Muhammad Hanif. 2003. Fiqh Dakwah Dalam Al-Qur'an.----------
BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN IMAN??
Oleh:
Ahmad Rusydi
Ketua Kajian Keislaman LDK Syahid 2008-2009
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta
Jakarta, 21 Maret 2009
Kita semua mengetahui bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang, (الإيمان يزيد وينقص), namun begitu, kita harus selalu meningatkannya, bahkan kita harus selalu memantapkan iman kita (lihat QS an-nisaa: 136). Sehingga nanti insya Allah kita yang termasuk mati dalam keaadan husnul khootimah. Beberapa hal yang dapat menyebabkan iman naik adalah:
Pertama, adalahg ilmu, tanpa ilmu kita tidak bias memahami al-qur'an dan hadits, tanpa ilmu kita tidak bias mengetahui sejarah rasul SAW, dan tanpa ilmu kita tidak bias beribadah sesuai dengan syari'at Allah SWT, padahal ksesemuanya itu adalah unsure-unsur yang dapat menambah iman kita naik, karenanya kita diperintahkan untuk berilmu sepeerti disebnutkan dalam surat Muhammad ayat 19:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ "maka ilmuilah sesungguhnya Dia tidak ada illah kecuali Allah"
Dan selain itu, sesungguhnya yang hanya takut kepada Allah yakni hanyalah orang berilmu, seperti yang difirmankan dalam surat faathir ayat 28:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ "sesungguyhnya yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang berilmu"
Kedua, adalah memperhatikan dan bertafakur tentang ayat-ayat kauniyah Allah. Aayaat (آيات) dalam bahasa arab artinya tanda-tanda yang merupakan jamak muanats salim dari kata aayah (آية), dan ayat-ayat Allah terbagi dua, yaitu qouliyah (قولية) dan kauniyah (كونية). Dengan memperhatikan kauniyah atau ciptaan Allah maka kita akan tergugah untuk lebih mengimani Allah SWT. Bagaimana kita mengenal kisah nabi ibrohim AS yang menemukan tauhid dari tafakur tentang ayat-ayat kauniyah Allah, dan banyak lagi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat membuktikan wujudNya, rububiyahNya, dan uluhiahNya. Allah berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (ال عمران:190)
" sesungguhnya di dalam penciptaan langit, dan pergantiang siang malam, sungguh merupakan tanda-tanda bagi orang yang berfikir"
Ketiga, adalah beramal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin baik amal itu maka akan semakin bertambah iman kita, semakin sulit jenis amalan itu maka akan semakin menambah iman kita, dan semakin banyak amalan itu maka akan semakin banyak bertambah iman kita.
Keempat, adalah meniggalkan kemaksiatan karena takut kepada Allah. Jika kita merninggalkan jenis kemaksiatan besar maka semakin besar iman kita bertambah, semakin banyak kita menolak ajakan maksiat maka akan semakin banyak bertambah iman kita, dan semakin kuat ajakan kemaksiatan maka jika kita meninggalkannya akan semakin besar pula iman kita naik.
(Ahmad Rusydi)
SEMUA MUSLIM WAJIB BERDAKWAH
SEMUA MUSLIM WAJIB BERDAKWAH
Oleh:
Ahmad Rusydi
Ketua Bidang Kajian Keislaman LDK Syahid 2008-2009
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta
Jakarta, 21 Maret 2009
Kita sering mengabaikan kewajiban dakwah, dengan alasan bahwa dakwah hanya untuk orang-orang berilmu, para ustadz, ulama, dan lain-lain, padahal telah banyak dalil yang menunjukkan kewajiban kepada seluruh muslim untuk berdakwah.
Ulama sepakat bahwa dakwah hukumnya wajib, namun terdapat perbedaan pada macam kewajibannya, ada yang mengatakan fardhu 'ain dan ada yang mengatakan fardhu kifayah (al-Bayanuny. 1990. Al-Madkhol Ila "Ilm al-Dakwah).
Dalam Kitab Al-Madkhol Ila 'Ilmi al-Dakwah yang ditulis oleh Muhammad Abu al-Fath al-bayanuny menjelaskan bahwasanya ada tigail yang menunjukan bahwa hukum berdakwah adalah wajib kifayah, antara lain:
Pertama, lafadz مِن dalam ayat:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Ali Imron: 104)
Dalam tafsir ar-Rozy dijelaskan bahwasanya lafadz من yang pertama adalah untuk menjelaskan seluruh muslim (للبيان والتبيين) bukan merupakan lafadz untuk menyatakan sebagian saja dari umat (للتبعيض) , bahkan dalam tafsir at-Thobary dijelaskan bahwasanya ولتكن منكم adalah أيها المؤمنون , yaitu seluruh orang yang beriman, artinya seluruh umat islam siapapun diwajibkan untuk berdakwah. Namun perlu diketahui bahwasanya kewajiban dakwah tersebut harus disesuaikan dengan kemampuannya.
Kedua, dijelaskan dalam ayat Ali Imron ayat 10:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
Allah menisfati umat islam dengan menyeru kepada kebaikan dan menjegah kemunkaran, maka dalam ayat itu dijelaskan tentang ciri umat islam adalah wajib bagi mereka semua untuk berdakwah. (al-Bayanuny, 1990)
Ketiga, dalam sebuah hadits disebutkan:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: " من رأى منكم منكراً فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان " رواه مسلم " .
" …barang siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka rubahlah engan lisannya, apabila mampu maka rubahlah dengan hatinya, maka itulah selemah-lemahnya iman" (Muslim)
Lafadz مَن menunjukan siapapun (العموم) maka perintahnya pun menjadi kepada siapapun (Al-Bayanuny, 1990)
Al-bayanuny menjelaskan bahwa dakwah yang hukumnya wajib kifayah adalah karena apabila seseorang tidak memilki kemampuan didalamnya maka ia tidak dibebani hukum wajib 'ain, namun ia harus tetap berusaha untuk mencapai kemampuan tersebut, apabila tidak maka itu termasuk dosa.
Pada intinya, memberi nasihat adalah sebuah tuntutan bagi setiap muslim, bahkan agama itu adalah nasihat, Rasul bersabda:
عَنْ تَمِيم الدَّارِيِّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ : الدِّين النَّصِيحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
" Rasul bersabda: agama adalah nasihat. Kami berkata: untuk siapa: Rasul bersabda: untuk Allah, kitabnya, RasulNya, umat islam, dan seluruh muslimin"
Maka bertausiah kebada kebenaran dan bertausiah kepada keasabaran adalah dua syarat asasi kesuksesan di dunia dan kesuksesan dalam dakwah, karena itu berikanlah tausiah kepada siapapun selam itu dalam kebanaran, siapapun kita, karena kita telah menyadari bahwa dakwah adalah wajib bagi kita.
(Ahmad Rusydi)
Sumber:
Al-Bayanuny, Abu Al-Fath. Al-Madkhol Ila Ilm al-Da'wah. Muassasah Ar-Risaalah.
Tafsir Ar-Rozy
Tafsir At-Thobary